Resensi Novel Belenggu


Judul Buku                   : Belenggu
Pengarang                   : Armijn Pane
Penerbit                       : PT Dian Rakyat
Cetakan                       : Keduapuluh dua (2010)
Tahun Terbit                 : 1940
Tebal                           : 150 halaman


Unsur Pembangun

Tema                          : Kritik Sosial Dan Politik tentang problematika Cinta segita.
Alur                            : Alur dalam Novel Belenggu termasuk alur maju-mundur (melompat-lompat).
Latar/Setting               : Latar tempat : Rumah sukartono, Rumah sakit
                                    Latar waktu meliputi : Siang hari, malam hari
Amanat                      : Novel Belenggu menyimpan banyak makna yang mendalam di setiap  konflik yang  dimuculkan. Kritik sosial yang tajam dalam kisah ini bisa menjadi sebuah pembelajaran bagi para generasi muda dalam menjalani kehidupan yang terhegemoni oleh sebuah sistem yang menindas. Dan semua itu berlaku terhadap semua orang, baik itu tua-muda, kaya-miskin, dan juga pria-wanita.
Penokohan                  : Tokoh – tokoh yang terdapat dalam novel Belenggu meliputi:
                                            Dokter Sukartono (Tono)
                                            Sumartini (Tini)
                                            Siti Rohayah (Yah)
                                            Hartono
                                            Mardani
                                            Karno
                                            Abdul
                                            Nyonya Rusdio
Karakter tokoh           : Dokter Sukartono (Tono) ; seorang dokter yang mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi. Dia terkenal dokter yang dermawan dan penolong. Dia termasuk seorang yang sangat mencintai pekerjaannya.
Sumartini (Tini) ; perempuan modern yang mempunyai masa lalu yang kelam karena bebas bergaul. Dia selalu merana kesepian karena kesibukan suaminya yang tak kenal waktu dalam mengobati orang sakit sehingga melupakan dan membiarkannya dirumah seorang diri.
Siti Rohayah (Yah) ; perempuan yang harus menjalankan kawin paksa. Dia merasa frustasi, sehingga terjerumus kelembah kemistaan. Dia teman dokter sukarno yang secara diam-diam mencintainya.
Gaya Bahasa              : Menggunakan bahasa Indonesia klasik, misalnya saja, diparagraf pertama bagian pertama novel, tertulis: “Sepertibiasa, setibanya di rumah lagi, dokter Sukartono terus saja menghampiri meja kecil, di ruang tengah, dibawah tempat telepon.” Perbedaan zaman yang mencolok terekam dalam frasa  ‘… dokter Sukartono terus saja menghampiri …’ Dalam tata bahasaIndonesia modern yang menggunakan Ejaan Yang Di-Sempurnakan, kata ‘terus’ diganti dengan kata‘selalu’, sehingga frasa tersebut seharusnyatertulis : ‘…dokter Sukartono selalu saja menghampiri …’


Sinopsis

          Dokter Sukartono adalah suami seorang perempuan berparas ayu, pintar, serta lincah yang bernama Sumartini atau panggilannya Tini. Walaupun mereka telah menikah, sebenarnya Sukartono dengan Sumartini tidaklah saling mencintai. Mereka berdua menikah dengan alasan masing-masing. Dokter Sukartono menikahi Sumartini karena kecantian, kecerdasan, serta kelincahannya. Sedangkan Sumartini menikahi Dokter Sukartono karena hendak melupakan masa silamnya. Menurutnya dengan menikahi seorang dokter, ia dapat menghapus kenangan masa lalunya. Karena keduanya tidak saling mencintai, kehidupan rumah tangga mereka tidaklah harmonis. Mereka tidak saling berbicara dan saling bertukar pikiran. Masalah yang mereka hadapi tidak pernah dipecahkan bersama-sama sebagaimana layaknya suami istri. Masing-masing memecahkan masalahnya sendiri-sendiri. Mereka sering salah paham dan suka bertengakar.Kesalah pahaman dan pertengkaran selalu terjadi dalam keluarga mereka. Ketidak harmonisan keluarga mereka semakin menjadi karena Dokter Sukartono sangat mencintai dan bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya. Dia bekerja tanpa kenal waktu. Jam berapa saja ada pasien yang membutuhkannya, dia dengan sigap berusaha membantunya. Perhatian yang seharusnya dicurahkan kepada isterinya diberikan kepada seluruh pasiennya. Akibatnya, Dokter Sukartono melupakan kehidupan rumah tangganya sendiri.

          Dokter Sukartono sangat dicintai oleh pasiennya. Dia tidak hanya suka menolong kapan pun pasien yang membutuhkan pertolongan, tetapi ia juga tidak meminta bayaran kepada pasien yang tidak mampu. Itulah sebabnya, dia dikenal sebagi dokter yang sangat dermawan. Kesibukan Dokter Sukartono yang tidak kenal waktu tersebut semakin memicu pertengkaran dalam rumah tangga. Menurut Sumartini, Dokter Sukartono sangat egois. Sumartini merasa telah disepelekan dan direndahkan karena selalu ditinggalkan suaminya yang selalu sibuk menolong pasien-pasiennya. Dia merasa dirinya telah dilupakan. Karena Sukartono tidak mampu memenuhi hak sebagai seorang suami, maka Sumartini sering bertengkar. Hampir setiap hari mereka bertengkar. Masing-masing tidak mau mengalah dan merasa paling benar. Suatu hari Dokter Sukartono mendapat panggilan dari seorang wanita yang mengaku dirinya sedang sakit keras. Wanita itu meminta Dokter Sukartono datang ke hotel tempat dia menginap. Dokter Sukartono pun datang ke hotel tersebut. Setibanya di hotel, dia merasa terkejut sebab pasien yang memanggilnya adalah Yah atau Rohayah, wanita yang telah dikenalnya sejak kecil. Sewaktu masih bersekolah di Sekolah Rakyat, Yah adalah teman sekelasnya.

          Pada saat itu Yah sudah menjadi janda. Dia korban kawin paksa. Karena tidak tahan hidup dengan suami pilihan orang tuanya, dia melarikan diri ke Jakarta dan menjadi wanita panggilan. Yah sebenarnya secara diam-diam sudah lama mencintai Dokter Sukartono. Dia sering menghayalkan Dokter Suartono sebagai suaminya. Itulah sebabnya, dia mencari alamat Dokter Sukartono. Setelah menemukannya, dia menghubungi Dokter Sukartono dengan berpura-pura sakit. Karena sangat merindukan Dokter Sukartono, pada saat itu juga, Yah menggodanya. Dia sangat mahir dalam hal merayu laki-laki karena pekerjaan itulah yang dilakukannya selama di Jakarta. Pada awalnya Dokter Sukartono tidak tergoda akan rayuannya, namun karena Yah sering meminta dia untuk mengobatinya, lama kelamaan Dokter Sukartono mulai tergoda akan rayuannya. Yah dapat memberikan banyak kasih sayang yang sangat dibutuhkan oleh Dokter Sukartono yang selama ini tidak diperoleh dari istrinya. Karena Dokter Sukartono tidak pernah merasakan ketentraman dan selalu bertengkar dengan istrinya, dia sering mengunjungi Yah. Dia mulai merasakan hotel tempat Yah menginap sebagai rumahnya yang kedua.



          Lama-kelamaan hubungan Yah dengan Tono diketahui oleh Sumartini. Betapa panas hatinya ketika mengetahui hubungan gelap suaminya dengan wanita bernama Yah. Secara diam-diam Sumartini pergi ke hotel tempat Yah menginap. Dia berniat hendak memaki Yah sebab telah mengambil dan dan menggangu suaminya. Akan tetapi, setelah bertatap muka dengan Yah, perasaan dendamnya menjadi luluh. Kebencian dan nafsu amarahnya tiba-tiba lenyap. Yah yang sebelumnya dianggap sebagai wanita jalang, ternyata merupakan seorang wanita yang lembut dan ramah. Tini merasa malu pada Yah. Dia merasa bahwa selama ini dia bersalah pada suaminya. Dia tidak dapat berlaku seperti Yah yang sangat didambakan oleh suaminya. Sepulang dari pertemuan dengan Yah, Tini mulai mengintropeksi diri. Dia merasa malu dan bersalah kepada suaminya. Dia merasa dirinya belum pernah memberi kasih sayang yang tulus pada suaminya. Selama ini dia selalu kasar pada suaminya. Dia merasa telah gagal menjadi Istri. Akhirnya, dia memutuskan untuk berpisah dengan Sukartono.

          Permintaan tersebut dengan berat hati dipenuhi oleh Dokter Sukartono. Bagaimanapun, dia tidak mengharapkan terjadinya perceraian. Dokter Sukartono meminta maaf pada istrinya dan berjanji untuk mengubah sikapnya. Namun, keputusan istrinya sudah bulat. Dokter Sukartono tidak mampu menahannya dan akhirnya mereka bercerai. Betapa sedih hati Dokter Sukartono akibat perceraian tersebut. Hatinya bertambah sedih saat Yah juga pergi. Yah hanya meninggalkan sepucuk surat yang mengabarkan jika dia mencintai Dokter Sukartono. Dia akan meninggalkan tanah air selama-lamanya dan pergi ke Calidonia. Dokter Sukartono merasa sedih dalam kesendiriannya. Sumartini telah pergi ke Surabaya. Dia mengabdi pada sebuah panti asuhan yatim piatu, sedangkan Yah pergi ke negeri Calidonia.

          Tono adalah seorang dokter yang sangat peduli kepada pekerjaannya dan memilih untuk berpergian tiap hari untuk mengobati pasien-pasiennya meninggalkan rumah sehingga istrinya, Tini. merasa diabaikan dan membalasnya dengan sikap yang amat tidak acuh terhadap suaminya. Dan hal ini makin memperunyam masalah dalam rumah tangga itu.

          Tono lalu bertemu dengan Yah, perempuan jalang namun sebenarnya hidup seperti itu karena kepedihan hidupnya. Yah pada awalnya mengaku sebagai Ny. Eni. Yah ternyata teman sepermainan Tono sewaktu kecil, dan memendam perasaan cinta terhadap Tono sehingga Yah pun berusaha memikat hati Tono.dan ternyata Yah adalah seorang penyanyi yang di kagumi oleh Tomo yaitu Siti Hayati,

          Namun akhir kisah cinta segitiga ini pun berakhir pedih. Tidak ada seorang pun mendapatkan Tono. Karena dua wanita yang mencintainya itu memutuskan untuk mengikhlaskan Tono kepada satu sama lain.


Kelebihan dan kekurangan


Membaca buku ini, kita diajak mengembara ke alam pemikiran yang luas, ke dunia falsafah yang sarat makna. Ini satu kelebihan dan sekaligus satu kekurangan untuk pembaca khususnya Pelajar yang masih menyukai buku yang sederhana bahasanya dan ringan ceritanya. Kita juga akan merasa terganggu, karena alur cerita yang melompat-lompat antara sekarang dan masa lalu. Ditambah dengan antara dialog dan monolog, yang terjadi secara bersamaan. Ini bisa dimaklumi, karena terjadi pada tahun 40 – an yang Bahasa Indonesianya belum berkembang seperti sekarang ini. Benar apa yang dikatakan oleh Pengarangnya sendiri bahwa buku ini diperlukan oleh mereka yang mempelajari sejarah perkembangan Bahasa Indonesia.

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.